Tampilkan postingan dengan label rindu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rindu. Tampilkan semua postingan

Senin, 20 Juli 2020

Kita telah menjelma
Menjadi insan duka
Bilur jadi saksinya
Meretas dalam suka
Kita bertahan dalam sebuah kekhilafan
Mengingkari nyata dipisahkan tuan
Siapakah kita? Tiada perlu diartikan
Karena dalam diam saling merasakan
Jika nanti t'lah usai
Melepas beban muram
Tersisa luka yang memburai
Sebisa 'kan kau redam

Sabtu, 11 Juli 2020

There's been a couple times that I've fell in love but a couple times just ain't enough.
There's been a couple joints that I could've shared but I guess I gotta start somewhere.

Selasa, 22 November 2016

"Hey…"
"What?"
"What will you do after you graduate?"
"What’s this? You asking about my future?"
(nods)
"Nothing special. I’ll probably keep on living a normal life in this town. I like it here. There’s always something special about this little town for me."

Minggu, 20 November 2016

Jika aku

Jika aku boleh memilih, aku ingin menjadi hujan. Aku akan menjelma menjadi tetesannya yang turun pelan-pelan. Mencuri pandangan mu dari balik jendela, menyimpan senyum mu di atas awan kelabu.

Tapi sayang, aku hanya mendung yang terbawa angin. Tak pernah sampai di halamanmu. Terlalu jauh aku bergerak dan pada akhirnya jatuh terhempas di tempat yang tak ku harap.

Sabtu, 06 Agustus 2016

Imaji Terakhir

 Aku bermimpi indah. Sebuah mimpi yang lebih indah dari bunga manapun.

Udara dingin yang datang menyelinap masuk ke dalam selimut membangunkan ku. Tanpa ku sadari satu hari telah berlalu.

Musim pun telah berubah. Langit biru dengan sekumpulan awan yang menghampar bagai sebuah kanvas yang dapat ku gambar sesuka hati.

"Akankah aku bertemu lagi dengannya?"
"Akankah dia berkenan untuk menemui ku lagi?"

Semua hal selalu terlihat begitu indah dari kejauhan. Tapi jika aku melangkah lebih dekat, apa yang akan dunia perlihatan kepada ku? Aku masih menyimpan banyak keraguan.

"Akankah dia sudi membiarkan ku bersandar padanya?"
"Akankah dia membukakan hatinya sedikit lebih banyak lagi?"

Pernahkah kau merasa seperti sudah tertidur begitu lama? Ketika udara terasa agak berbeda dari hari-hari sebelumnya. Ketika waktu terasa tidak ramah. Ketika semua hal terasa sangat tidak nyaman.

Pagi ku adalah malam untuk mereka. Aku tak dapat memungkiri kenyataan itu. Aku selalu bertanya-tanya, apakah hal tersebut yang membuat ku merasa hampa dan tersendiri.

Imaji terakhir pagon di hati.

Jika memang aku bisa terbang, aku akan menemuimu. Aku percaya akan mimpi ku semalam, walau masih banyak hal yang sayup-sayup. Semua akan baik-baik saja jika aku berani membuka pintu itu dan berjalan keluar, bukan?

"Akankah dia mampu untuk menunggu ku dengan sabar?"

Tolong berdoalah agar aku tidak terjatuh. Percayalah pada ku.

Kamis, 21 Juli 2016

Datanglah...


awan-awan datanglah kemari
tetesan hujan jatuhlah disini
matikanlah apinya
beritahulah dia
walau begitu
dunia masih terlihat indah

ini adalah hujan yang lembut
bolehkah lagu yang aku nyanyikan ini
menggapai mu dimana kau berada
tak peduli seberapa jauh kita terpisah
ku percaya aku pasti akan menggapai mu

melihat mu di tengah hujan
tetesan hujan
bersinar indah disekelilingmu
dan ketika semua kesedihan mu menghilang
dunia ini akan hidup kembali

tolong datanglah, hujan yang lembut
datanglah, hujan yang lembut

Sabtu, 09 Juli 2016

one by one,
the stained human shadows stretch out and cover up the sky.
eventually,
the birds will be chased out of their nests and vanish into the black clouds.

with your profile dyed in the color of the twilight,
you look so lonely all by yourself.
in a corner of the park, the white gardenia flowers move my heart.
gripping your hand tightly in mine,
I'm going to recall the memories I've shut off.
am I going to repeat the faults I once committed?

thus,
this town will probably be swallowed up in the darkness,
and vanish without a single sound.

that day,
we were separated,
and we are never to see each other again.

meaninglessly,
I whispered against the windows of the train running on the iron bridge.

the ever advancing world,
leaving me behind,
is just like the dream I had yesterday.

if only I could break down everything to redo them all over again.

right now,
the sun rising up in the eastern sky is illuminating everything.

on the top of my lungs,
I shout out to your back,
swimming in the muddy river.

to whose capriccio do I owe this intense feeling, though it's not truly here?
and so I'm going to stamp on my forgotten bass drum.
Pergilah keluar sebentar, karena sayang, ada begitu banyak hal di luar sana. Ada begitu banyak hiruk-pikuk pada setiap harinya.

Orang-orang mengatakan sinar UV begitu buruk, udara begitu pekat seperti berkabut, tapi sayang, hal itu tak mengapa. Memang ada begitu banyak hal yang terjadi.

Jangan takut.
Berjalanlah perlahan.

Karena sesungguhnya sayang, berdiam diri pun takkan pernah bisa menghentikan waktu.

Kau bukanlah kepompong, kau takkan menjadi seekor kupu-kupu yang cantik. Sendi-sendi mu malah akan berkarat, tubuh mu akan kaku.

Jadi sayang, biarkanlah, karena sekarang yang kau miliki hanyalah dirimu sendiri.

Bergegaslah sayang, jangan lagi menoleh, karena aku akan tetap disini untuk selamanya.

Sabtu, 28 Februari 2015

Cried For The Moon

As I wait for you with nothing to do
My welled up tears are dyed with the sunset
You, who is waiting for me at the other side of time
Are rushing my heart again

Under the same sky, but in different time
Our sad love has tangled
I place my earnest heart in the moonlight
So I can shine brightly wherever you are

A person like you, I’m so thankful to you
My love can’t be entirely expressed with just words
Though the rough times bruises and hurts me
You protected me in your embrace

In different time under the same sky
Our sad love has tangled
I place my earnest heart in the moonlight
So it could reach you wherever you are
My love

Under the same sky, in a different time
This sad love could never be happening
I will become the moonlight in the dusk sky and shine on you
So you can find your way back to me

Selasa, 23 September 2014

Agar Kau Tahu

Bukan tentang kehilangan, bukan pula tentang yang terhempas, tapi tentang bagaimana melepasnya pergi dengan ikhlas.

Belajarlah merelakan agar kau tahu beda antara melemahkan dan menguatkan.

Belajarlah melepas agar kau tahu beda antara terbebas dan terhempas.

Selasa, 12 Agustus 2014

Walk In My Shoes

I've lost my way
where should I go?
a small alleyway split into twelve ways
where can I go to meet you again?

if it's my destiny
if I can choose my destiny
even if I close my eyes and walk
I will choose the right path

the disappeared bright time
it's what your two eyes shone upon me,
that bright time

I'm not just waiting
I'm walking to find you
the bright time will come back to me
when the cold wind blows
I just close my eyes

I'm not sad, I dance
again and again

the dark brown haired lady has left to find her path
she's fallen in love again, she's happy again
a story that's been re-written from the beginning

they say you can go to better places
if you wear better shoes
so I won't stop until I find you
my feet keep going and going
to their own way

oh my shoes
I will set my heart properly
a little faster

my lost bright time will I find you,
after wandering through strange time?
is it still far ahead?

when I get scared
I smile for no reason
will you forget me?
I hope your time stops in mine
slow the time, stop the time
I will run a bit faster
again and again

Sabtu, 26 April 2014

Kata-Kata yang Senantiasa Terjaga

Jangan kaget jika kau seperti diawasi ketika membaca sajak-sajakku ini. Memang ada sejumlah kata yang tetap terjaga ketika penulisnya terlelap.

Matanya keperakan seperti dinding tembikar, dari sana kenangan, begitu para perajin kesedihan menyebutnya, diolah di sebuah tungku menyala lebur bersama dingin malam, buku puisi, dan lagu kesukaan kita.

Jangan kaget jika kau seperti diintai ketika bertamu ke kediamanku ini mondar-mandir, berjaga siang malam mengawasi sepi yang berkeliaran terlebih malam yang tenang tak pernah gagal menenung para perenung.

Sebab ini rumah kampung tempat anak-anak kecil main lempung bukan jenis rumah di perumahan yang menjauhkan dari keramahan. Ada sejumlah hari, sejumlah peristiwa yang berharap disapa.

Jangan takut jika kau seperti diawasi, sejatinya mereka doa-doa yang curiga kalau-kalau nasib buruk akan menimpamu.

Jumat, 18 April 2014

Rindu

Aku ingin pinjam ceruk malam, lalu menawan basah bibirmu sekedar memintamu untuk mengecup keningku sebelum menelusuri mimpi dalam pejam walau yang ada di antara kita, hanya kemarin dan saat ini. Bukan selamanya. Layaknya hujan, kau hanya membutuhkan keberadaannya sewaktu-waktu, tapi tidak untuk sepanjang waktu.
Dalam pertemuan rindu yang singkat tanpa sekat. Luka dan suka mengalir di sana tanpa jeda... Jika mencintaimu adalah luka, maka biarlah aku menjadi rindu dalam doa-doa yang tak kau ketahui. Ah bukankah aku sudah bilang… Rindu itu keparat, jarang sekali selesai.

Rabu, 11 Desember 2013

Ketika #5

"lho Lena kenapa kamu menangis, nak?" tanya Ibu lembut, mengusap pipi anaknya yang basah. Matanya setengah murka setengah kalut. Siapa yang berani membuat anak kesayangan ku menangis?

Lena terisak. Lidahnya kelu untuk sekedar memberitahu ibunya siapa yang telah membuatnya menangis. Lena menarik tangisnya pelan-pelan. Tak ingin membuat ibu semakin kusut. Ibu memeluk Lena. Hangat. "ayo kita pergi berkeliling" kata ibu lembut. "ibu dengar es lilin dekat danau rasanya enak" lanjutnya.

Ibu menggenggam erat tangan Lena menuju sepeda butut peninggalan ayah. Satu-satunya barang mewah yang ada di rumah petak itu.

***

"bu ini enak!" ucap Lena girang, mengayun-ayunkan es lilin yang ada di tangannya. Ibu tertawa melihat tingkahnya. "bagaimana kau bisa menyebutkan enak hanya dengan mencium aromanya?" tanya ibu.

"iya dong bu, Lena!" jawab Lena menepuk-nepuk dadanya. "kalau memang enak ibu harus membelikan aku satu lagi ya?" pintanya manja. Ibu mengangguk. Entah sudah berapa senyuman yang tersimpul di bibirnya. Ibu lega, anak kesayangannya tak lagi menangis.

Lena dan ibu memakan es lilinnya dengan lahap. Terutama Lena, ia sudah menghabiskan 2 batang es dalam sekejap. Ibu dan anak itu bersenda gurau, membuat iri waktu. Mereka tak menghiraukan datangnya waktu.

***

Lena tenang duduk diboncengan ibu, sambil sesekali mengayunkan kaki atau tangannya. Ibu mengayuh sepeda mengelilingi perkampungan. Bercerita bagaimana hebat ayah Lena dulu, berbagi lelucon, sampai memperdebatkan mengapa marka jalan berwarna putih.

Waktu semakin iri dengan keintiman mereka. Ia menyuruh bumi berputar lebih cepat. Ingin segera menyudahi aktivitas ibu dan anak ini. Semburat oranye menghiasi langit. Warnanya menyelip disela-sela rambut Lena yang terurai.

Ibu memberhentikan sepeda, menengok kearahnya. "kau tahu apa yang paling indah di dunia ini?" tanya ibu. Lena mengernyitkan dahinya. Bingung. Menggeleng-gelengkan kepalanya, "yang Lena tahu es lilin tadi sangat enak bu!" jawabnya terkekeh-kekeh sambil mengacungkan jempolnya tinggi-tinggi. Ibu ikut tertawa.

Suasana perkampungan riuh ketika senja sedang beraksi. Ibu-ibu sibuk memanggil anak-anaknya yang belum kunjung pulang bermain sejak tadi siang, atau bapak-bapak yang sedang sibuk mengurusi ternak mereka. Ibu menggenggam tangan Lena, "coba kau lihat sekitar nak" ujarnya. Lena memperhatikan dengan seksama, menggembungkan pipinya sebagai tanda ketidaktahuan apa yang dimaksudkan oleh ibunya.

"senja nak... Senja" jawab ibu. "hal terindah di dunia ini adalah senja"
"mengapa?" tanya Lena.
"jika senja tidak datang, apakah kejadian ini akan terjadi?" kata ibu sambil menunjuk ke seorang anak yang sedang ditegur ibunya karena pulang terlambat. "atau itu?" lanjutnya menunjuk ke salah satu rumah. Seorang bapak yang baru saja pulang -entah apa pekerjaannya- disambut oleh anak-anaknya.

"bukan kah memang sudah waktunya ya bu?" tanya Lena menggaruk-garuk kepalanya penuh kebingungan.
"nak... Sungguh Tuhan maha kuasa. Ia menciptakan segala suatu dengan jelas dan rinci. Bagaimana siang berganti malam dan bagaimana matahari berganti bulan" jawab ibu menepuk-nepuk kepala Lena lembut.
"senja adalah sebuah hadiah untuk pergantian waktu. Coba bayangkan jika tiba-tiba saja gelap?" ibu tiba-tiba menutup mata Lena.

Lena tersenyum. Ikut menutup mata ibu. "senja juga sebagai ajaran jika sesuatu yang muncul pasti akan menghilang dengan berjalannya waktu" kata ibu melepaskan tangan Lena.
"senja juga pertanda bahwa kekuasaan Tuhan tiada batas. Bagaimana caranya melukis langit? Hanya Tuhan yang tahu" ibu mengangkat tangannya meragakan cara melukis.

"nah kalau gitu ayo kita pulang bu... Sepertinya senja juga pertanda kalau sayur asam ikan pindang ibu tadi siang harus segera dihabiskan" ujar Lena terkekeh-kekeh. Ibu mengelitik Lena. Mereka berdua tertawa.
Senja mengiringi perjalan pulang ibu dan anak itu. Menelusuri jalan-jalan berbatu. Lena tersenyum sepanjang perjalanan pulang, melihat senja yang diceritakan ibu. Ah terima kasih, ibu. Aku bahkan tak mengingat nama orang yang membuat ku menangis tadi siang.

Rabu, 16 Oktober 2013

Untill I See Him Again

I could use another cigarette but don't worry daddy, I'm not addicted yet. One too many drinks tonight and I miss you like you were mine. All your stormy words have barely broken and you sound like thunder though: You've barely spoken. Oh it looks like rain tonight and thank God 'cause a clear sky just wouldn't feel right.

He's taken and leaving but I keep believing that he's gonna come round soon. He will. I know. You may be my final match 'cause I chase everything when you play throw and I play catch. It never took much to keep me satisfied but all the bullshit you feed me; you miss me, you need me. This hungry heart will not subside

He's taken and leaving but I keep believing that he's gonna come round soon until I see him again. I'm staying believing that it won't be deceiving when he's gonna come round. Well I may seem naive if I cry as you leave. Like I'm just one more tortured heart. These cracks that I show as I'm watching you go aren't tearing me apart.

The angels said I'd smile today. Well who needs angels anyway?

Kamis, 10 Oktober 2013

Wondering... Why?

Why do you let me stay here all by myself? Why don't you come and play here? I'm just sitting on the shelf. Why don't you sit right down and stay a while? We like the same things and I like your style. It's not a secret, why do you keep it?

I'm just sitting on the shelf. I've gotta get your presents, let's make it known. I think you're just so pleasant I would like you for my own.

Why don't you sit right down and make me smile? You make me feel like I am just a child. Why do you edit? Just give me credit. I'm just sitting on the shelf.

Rabu, 28 Agustus 2013

And that's okay


Hello, how you doin'? Glad I crossed your path today and no, I'm nothing really special but I've got a lot to say.

Man, that smile, how it holds me and catches me off guard, and that voice, how it molds me and shapes my broken heart.

I love the way you stain your t-shirts every time you eat and nothing could replace the sight of you. Every night you sleep.

Cause you, yes you, you've got a hold on me and that's okay. Cause I wouldn't have it any other way.

Rabu, 21 Agustus 2013

Ketika #4


"sudah sudah" wanita itu dengan lembut membelai rambut anak bungsunya yang sedang menangis. "ibu berjanji esok lusa akan membelikan boneka itu, nak. Sekarang ayolah makan, tidak kah kau capai menangis tersedu-tersedu sejak tadi?" bujuknya.

Lena tak mau mendengar. Ia sudah bosan dengan janji "esok lusa" ibunya. Sudah berapa banyak esok lusa yang ibu katakan? Sudah berapa kali ia harus gigit jari melihat teman-teman sebayanya bermain boneka?

"Lena tak butuh makan. Lena butuh boneka, bu!" ia melepas pelukan ibunya kasar. Kali ini Lena ngambek lebih parah dari sebelumnya. Ia menatap ibunya kesal. "jika ibu besok tidak membawa boneka, aku akan benci ibu!"

Percakapan anak-ibu itu selesai. Tenang. Namun tak setenang aliran rasa di hati masing-masing. Lena sudah tertidur lelap seperti lupa dengan sumpah serapahnya tadi sore, tapi ibu belum dapat memasuki dunia mimpi. Pikirannya kacau. Bukan karena kata-kata anak kesayangnya, tapi karena merasa tak dapat membahagiakan anak satu-satunya yang tersisa. Kakak-kakak Lena merantau entah kemana dan tak pernah kembali.

Sang waktu terus berdetak membawa kehidupan baru. Pagi. Dimana harapan-harapan merekah bagai bunga bakung. Pagi ini ibu menyelipkan doa untuk keingan anaknya. Semoga boneka itu dapat terbeli. Halal.

Tak peduli betapa berat pekerjaan yang akan ia terima. Tak peduli dengan suhu udara ibukota yang mencekat. Ibu akan pulang nanti sore. Bersama boneka untuk Lena.

Selasa, 20 Agustus 2013

Ketika #3


"apa yang bisa saya bantu, bu?" ini sudah keempat kalinya suster menanyakan hal yang sama kepada Lena. Dengan keramah-tamahan dan kesabaran hasil pendidikan akademi perawatannya, suster ini patut diberi penghargaan.

Sedikit pun Lena tak menatap suster yang sejak tadi berbicara padanya. Padangan mata Lena kosong sekosong jiwanya.

Suster itu bangkit dari tempat duduknya meninggalkan Lena sendiri. Tak lama ia kembali dengan segelas air putih ditangannya, dengan lembut menyerahkan air hangat itu kepada Lena. "minumlah barang setitik"

"mengapa kau pikir aku membutuhkan segelas air hangat?!" bentak Lena. Ia mengangkat wajahnya. Matanya menyeledik. "aku bahkan tak memintanya!"

"eh maaf... Aku hanya menyediakannya untuk mu. Barangkali kamu haus" sekarang suster itu mulai gugup. Pertama kalinya ia mendapat perlakuan seperti ini oleh pasien.

"sok tahu!" Lena bangkit dari kursi tanam rumah sakit itu. Kali ini bentakkan Lena lebih keras dari sebelumnya, membuat orang-orang disekitar mereka menoleh. Bingung. Membuat suster itu mundur beberapa langkah. Takut.

"ketika aku meminta sesuatu baru berikan itu padaku, jika tidak jangan sok tahu! Kau bukan pesulap yang dapat membaca pikiran ku"

Ketika #2


"bukankah lebih baik begitu, Lena?" Ujar Fajar penuh kepastian. Sudah hampir sejam Fajar menceritakan segala asa yang ia doakan setiap paginya. Hari ini, 13 Januari 2004, laki-laki tua itu datang dengan cicin berlapis perak. Melamar wanita yang ia kenal selama 6 bulan terakhir ini. Fajar memang sudah gila kata orang-orang pasar. Bisa-bisanya mengejar perempuan yang 20 tahun lebih muda darinya. Saat itu Lena 21 tahun dan Fajar 41 tahun.

"bicaralah aku ingin tahu jawaban mu" lanjutnya. Lena masih diam wajahnya datar. Tak nampak apapun. Entah sedih atau bahagia. Lena membisu.

"baiklah mungkin aku terlalu terburu-buru. Maafkan aku, Lena. Aku tak memaksa mu memberikan jawaban hari ini. Mungkin esok lusa kita bertemu lagi, membicarakan masa depan yang sedang tertunda" Fajar sangat percaya diri ia takkan ditolak. Lagipula selama ini Fajar lah satu-satunya sumber aliran kehidupan Lena. Selama ini pembeli di lapaknya memang hanya Fajar seorang. Barang dagangan Lena pun sama seperti penjual yang lain: kualitas menengah kebawah dan harga yang murah.

"esok lusa?" Lena menatapnya. Mata yang sedaritadi kosong tiba-tiba jernih. "siapa yang tahu jika esok lusa gusti allah merindukan mu. Mas takkan bisa mendengar jawaban ku"

Fajar menghentikan langkahnya. Kesal. "apa kamu baru saja menyumpahi ku mati? Kalau begitu katakanlah jawaban mu sekarang"

Lena menggeleng "esok lusa mas. Esok lusa kita akan bertemu lagi membahas masa depan yang tertunda"

"hahaha kamu memang benar-benar manis, Lena. Apakah kau begitu malu-malu? Ya baiklah esok lusa kita membahas masa depan kita manis" Fajar mengelus-elus rambut Lena gemas. Ia tersenyum lebar selebar pintu masa depan yang ia angankan.