Kamis, 10 Januari 2013

TALK LESS DO MORE!

"alah Indonesia tuh bisa apasih!" "pemerintah goblok!" "gak bangga gue jadi orang Indonesia! pengen pindah ke London aja" "itu pemerintah ngapain aja sih?! makan gaji buta!" "bukan Indonesia kalo gak adil hukamnya!" "gimana koruptor gak terus merajalela kalo hukumannya cuma segitu"

Mungkin kata-kata diatas sudah tak asing ditelinga kita. Makian, pesimistis, hinaan, sindiran sepertinya sudah menjadi makanan sehari-hari. Protes disana-sini. Ribut dimana-mana. Para kaum intelektual birkicau di dunia maya. Aksi demostran yang riuh. Pemberitaaan pers yang menambah kacaunya suasana. Semua menggelegar. Tumpah Ruah.
Sebenarnya apa yang salah dengan kita? Dengan negara saya, negara mu, negara kita? Pemerintah kah yang salah? sistemnya mungkin? Atau kita sendiri yang salah?
Mencari siapa yang salah dan benar, seperti melihat aksi pantomin dicermin. Tidak ada satu manusiapun didunia ini yang diingin disalahkan. Mereka melakukan pembelaan, pembenaran dan dengan lantang sambil membusungkan dada mengatakan "Saya yang benar!"
saya muak dengan sekeliling saya. Dimana pun. Kapan pun. Ricuh. Pembelotan, para bedebah berkeliran mencari domba hitam.
Media yang seharusnya memberitakan kebenaran sekarang menjadi memberitakan untuk kepentingan pemilik media. Ah mungkinkah mereka lupa fungsi pers? Sepertinya tak mungkin lupa, mereka hanya amnesia berkepanjangan.
Sangat lucu! saya sampai tertawa terpingkal-pingkal dengan media zaman ini. Sibuk mereka menceritakan ini-itu sampai mendetail, tapi melupakan satu hal. Memberikan masyarakat pemaham yang baik! Oh saya ingat dulu, kasus yang sedang hot-hot nya. Julia perez kalah hot dengan kasus ini, kasus Nazaruddin. Cinta Fitri kalah panjang dengan sekuel kasus ini. pemberitaan dimana-mana membuat masyarakat bingung dan terombang-ambing.
Bukankah seharusnya media dapat menjadi tongkat masyarakat dengan membentuk opini publik yang BENAR. Tapi apa yang terlihat? halah lupakan! Saya terlalu benci untuk membahasnya. Tak ingatkah mereka dengan zaman penjajahan dulu? Dengan kekuatan media rakyat bersatu memproklamirkan kemerdekaan. Tak takut dengan ancaman Belanda. Menyebar luas membuat dunia tahu. Indonesia telah merdeka! tak lagi dijajah
Lebih-lebih dari media, saya muak dengan orang-orang yang lantang berkicau disana-disini meneriaki ini-itu seolah hanya mereka yang benar. Kaum intelektual katanya. Tapi dimana "intelektualnya"? Oh mahasiswa, kemana mereka? Ah lupa. Mereka terlalu sibuk mengurusi urasan pribadi mereka padahal didepan mata ada anak yang meraung-raung kelaparan karena ketidakadilan.
Mereka bilang ini. Mereka bilang itu. Sah-sah saja, toh mereka punya hak untuk bersuara. Ini negara bebas bersuaralah! Tapi jangan tong kosong nyaring bunyinya. Hanya memprotes. Menunjuk. Tetapi tidak pernah melakukan apa-apa. tidak pernah jadi supporting system yang baik.
Jika ditanya kecinta pada tanah air? Oh pasti tentu sangat cinta. Apalagi kalau tetangga sebelah "berulah" bah! Ramai sudah. Sangat cinta bukan?
Bagaimana dengan pemerintahan kita? Jangan ditanya, sangatlah bagus! kita adalah murid yang melebihi gurunya. Kita lebih Liberal dari guru kita sendiri. Amerika Serikat.
Bedebah A bertarung dengan bededah B. Melemparkan bom fitnah. Menusuk citra. Dan pergi dengan wajah polos.
Saya, kamu, kita semua terjebak dalam lingkaran politik. Ada politik dalam politik. Lucu bukan? Ya kita memang lucu. Tertawalah!
Tak ada asap kalau tak ada api. Sama seperti kita. Tak mungkin seperti ini jika tidak bermuasal bukan? Oh mungkin pelajaran PPKN yang dulu diajarkan dari SD sampai SMA belum benar-benar bisa membuat pemahaman akan negara sendiri. Sepertinya iya dan tidak.
Saya pun tak jago dalam PPKN. nilai saya selalu tidak lebih dari 7. Saya pun tak begitu paham dengan kenegaraan dengan segala tetek bengeknya. Anda pun demikain bukan? Akuilah jangan malu. Kau tak sendiri.
Baru saya sadari bahwa pelajaran itu seperti terlewatkan. Padahal ini bisa mendidik moral kita warga negara yang baik. Persetan! Semua orang pernah korupsi. Korupsi uang sisa belanja di warung. Menyalin tugas. Berbohong kepada orangtua demi mendapat uang lebih.
Saya sangat menanti hari dimana pendidikan kewarganegara atau apalah itu mendapat sorotan yang lebih. Semua berawal dari pendidikan. Mau bukti? Lihat orang-orang Jepang. Mengapa mereka bisa hebat? Karena pendidikan. Mereka diajarkan mencintai bangsanya sendiri. Bukan semata-mata hanya pelajaran wajib sekolah. Tapi pendidikan kehidupan.
Saya, kamu, dia, mereka, kita. Semua. Pasti sudah gerah bukan? Lakukan dari diri sendiri. lakukan sesuatu. Bangsa ini akan mati jika kita diam!

Senin, 07 Januari 2013

Disini

Disini banyak air mata yang terurai. Hati yang tersakiti, kepercayaan yang dikhinati. Marah, benci, dendam, putus asa, semua larut bercampur seperti larutan garam. Tak terpisah, tak berkelompok. Benar-benar menyatu.
Disini banyak tawa yang membingkai manis di wajah-wajah mereka. Perut yang mulas karena candaan beberapa orang sanguin yang lucu (walau kadang mereka menyebalkan). Berbagi keceriaan dan kebahagian dalam kebulan asap rokok.
Disini seperti berada di sebuah kapal... ya kapal yang berlayar dan terus berlayar sampai menemukan tempatnya. Tak selamanya perjalanan indah, tak selamanya laut biru yang tenang dan sinar matahari yang cerah menemani pelayaran kapal ini. Dihembas angin, tamparan ombak, hujan badai. terombang-ambing dalam kekuatan alam pernah ditempuh.