Sabtu, 31 Mei 2014

Lalu Lintas Waktu

Dalam tubuhku ada ratusan kanal, lalu lintas waktu. Hari lalu dan hari kini hiruk-pikuk bergantian mengalir, mengisi dan memenuhi ruang. Dalam arusnya terbawa suara-suara reruntuhan peradaban: mulai yang pekik dan bisik, dari yang dengung dan ratap murung. Kesemuanya memantulkan warna yang asing bagi mata: hitam pada sisi muka, putih pada sisi lain bergurat luka.

Sementara di pinggiran puluhan kain berkibar-kibar digelar, ada yang rajut, puluhan yang tenun, ratusan yang dipintal. Semua dibawa pedagang dan kelasi dari dunia yang jauh, tersadai begitu saja, tergadai begitu rupa dari panggulan. Sebab sekian punggung tak kuasa menanggung beban, keringat merepih sewarna tembaga murni para penambang. Mengapa menghalau kesedihan seperti menanam mumbang?

Dalam tubuhku ada ratusan kanal, lalu lintas waktu, tapi tak juga mengalirkan sangkaku dan sangkalmu, sebab kita pedagang itu, si penawan hulu.