Selasa, 29 November 2016

"Apa kau tahu alasan ku dimasukkan kesini?"
"Karena kau gila?" jawab ku lugas
"Aku tidak gila! Hanya saja pikiranku ini sebenarnya bukan punyaku. Ini pikiran banyak orang yang kebetulan  ada dalam diriku." Dia menatap ku yang sedang mengernyitkan dahi, berusaha untuk mencerna kata-katanya.
"Dalam pikiran ku ini, sudah ada tempelan-tempelan bagaimana seharusnya hidup yang benar, yang sama kayak orang lain." jelasnya. "Kamu pikir aku mau tinggal disini? Tidak! Pikiran ku semakin sesak dengan tempelan-tempelan di sini. Jadi orang gila mesti begini, orang yang tak waras tidak boleh begitu." tambahnya.
"Hahaha... Pantas saja orang di luar sana menganggap kamu gila! Mana bisa orang-orang waras itu mengerti omongan seperti ini." Aku diam sesaat, memperhatikan tiap jengkal tubuhnya, "Tidak ada jiwa yang bermasalah. Yang bermasalah adalah hal-hal yang ada di luar jiwa itu. Yang bermasalah itu kebiasaan, aturan, orang-orang yang mau menjaga tatanan. Kalian hanya perlu keluar dari lingkungan mereka, karena orang-orang seperti kamu hanya berbeda."

Meskipun pikiran dan tubuh telah terpenjara, tapi jiwa masih tetap bebas berkelana. Pikiran kerap hanya terbangun oleh tempelan-tempelan yang kita ambil atau dipaksa masuk oleh sekitar kita. Sementara tubuh selalu diperlakukan sebagai pengikut pikiran. Ia tidak hadir dengan kewenangan. Maka ketika tubuh bergerak sendiri, lepas dari pikiran, selalu dianggap pembangkangan.

Sementara jiwa adalah kesadaran yang menempel dalam keberadaan manusia. Sangat kecil, sangat tersembunyi. Suara-suaranya selalu jernih, tapi lirih tak terdengar. Kesadaran yang lama tak diperhatikan, akhirnya makin tersembunyi, kalah oleh timbunan-timbunan suara luar yang diyakini sebagai kebenaran.

Jumat, 25 November 2016

"Apakah itu sakit?"
"I-iya.."
"Haha... Baguslah"
"...."
"Itu tandanya kau hidup!"
Sejak pertama kali manusia mulai menggali kuburan, diiringi bunga dan bersedih karena kematian yang lain, 110 milyar manusia yang pernah tinggal di planet ini telah tiada.

6,9 milyar manusia yang masih hidup sampai hari ini, menjejaki tanah tempat tidur orang-orang mati, yang suatu hari juga akan mati dan membusuk.

Tidak hanya manusia, tapi semua yang hidup di dunia ini akan mati.

Jangan terlau negatif. 

Kematian adalah hadiah untuk mereka yang pernah hidup. Kematian adalah istirahat, cermin yang menggambarkan kehidupan mereka.

Selasa, 22 November 2016


That day when the stars came falling. It’s almost as if a scene from a dream. Nothing more, nothing less than a beautiful view. Why does the scenery of a town that no longer exists wring my heart so?

Once in a while when I wake up, I find myself crying. The dream I must’ve had I can never recall. But the sensation that I’ve lost something, lingers for a long time after I wake up. I feel like I’m always searching for someone, or something.

It feels like I'm diving into you at unparalleled speed. If that’s what it is, I’ll strive with grace.

Even though dreams fade away after you wake up, I'll treasure the experience. I wanted to tell you that wherever you may end up in this world, I will be searching for you. 

I’m always searching for something, for someone.
This feeling has possessed me I think, from that day
That day when the stars came falling.
"Hey…"
"What?"
"What will you do after you graduate?"
"What’s this? You asking about my future?"
(nods)
"Nothing special. I’ll probably keep on living a normal life in this town. I like it here. There’s always something special about this little town for me."
"aku juga berada di tempat yang sama, jadi aku sangat paham rasa takut dan kesendirianmu. tapi kesendirian itu bukanlah raja yang menguasai kita. kesendirian itu hanya awan yang terkadang datang lalu pergi. di luar sana masih banyak orang yang mengalami luka yang sama. jika kau membiarkan mereka begitu saja, bukankah kau sama saja mengabaikan dirimu di masa lalu? apa kau yakin akan membiarkannya begitu saja?"

Minggu, 20 November 2016

a waste of the person you are

you really have pretty eyes. they are like the fruit of hawthorn plant, swaying in the breeze. but, not even birds would eat them. they are not sweet, bitter or even poisonous, yet they are provide nothing.

Jika aku

Jika aku boleh memilih, aku ingin menjadi hujan. Aku akan menjelma menjadi tetesannya yang turun pelan-pelan. Mencuri pandangan mu dari balik jendela, menyimpan senyum mu di atas awan kelabu.

Tapi sayang, aku hanya mendung yang terbawa angin. Tak pernah sampai di halamanmu. Terlalu jauh aku bergerak dan pada akhirnya jatuh terhempas di tempat yang tak ku harap.

Sabtu, 06 Agustus 2016

jika kau tak bisa mencintai
kau tak akan sedih

jika kau memiliki perasaan pada orang lain
seseorang akan menangis
perasaan seseorang akan dikorbankan dan tersakiti

jika itu arti cinta sebenarnya
jatuh cinta pada seseorang benar-benar picik

Imaji Terakhir

 Aku bermimpi indah. Sebuah mimpi yang lebih indah dari bunga manapun.

Udara dingin yang datang menyelinap masuk ke dalam selimut membangunkan ku. Tanpa ku sadari satu hari telah berlalu.

Musim pun telah berubah. Langit biru dengan sekumpulan awan yang menghampar bagai sebuah kanvas yang dapat ku gambar sesuka hati.

"Akankah aku bertemu lagi dengannya?"
"Akankah dia berkenan untuk menemui ku lagi?"

Semua hal selalu terlihat begitu indah dari kejauhan. Tapi jika aku melangkah lebih dekat, apa yang akan dunia perlihatan kepada ku? Aku masih menyimpan banyak keraguan.

"Akankah dia sudi membiarkan ku bersandar padanya?"
"Akankah dia membukakan hatinya sedikit lebih banyak lagi?"

Pernahkah kau merasa seperti sudah tertidur begitu lama? Ketika udara terasa agak berbeda dari hari-hari sebelumnya. Ketika waktu terasa tidak ramah. Ketika semua hal terasa sangat tidak nyaman.

Pagi ku adalah malam untuk mereka. Aku tak dapat memungkiri kenyataan itu. Aku selalu bertanya-tanya, apakah hal tersebut yang membuat ku merasa hampa dan tersendiri.

Imaji terakhir pagon di hati.

Jika memang aku bisa terbang, aku akan menemuimu. Aku percaya akan mimpi ku semalam, walau masih banyak hal yang sayup-sayup. Semua akan baik-baik saja jika aku berani membuka pintu itu dan berjalan keluar, bukan?

"Akankah dia mampu untuk menunggu ku dengan sabar?"

Tolong berdoalah agar aku tidak terjatuh. Percayalah pada ku.

Kamis, 21 Juli 2016

Plastik

Aku adalah sebuah plastik yang tak berharga dan penyebab banyak kesukaran. Aku masih ingin hidup (lagi).

Siapa yang akan menyelamatkanku setelah aku mati? Bisakah aku melihat sesuatu dalam kegelapan? Apakah akan ada seseorang yang menangisi kepergianku?

Hanya keheningan yang datang setelah aku berteriak, bahkan tidak ada satupun gema.

Mengapa aku masih bisa merasakan kegelapan dalam diriku? Mengapa aku tidak bisa merasakan cahaya meskipun aku tahu itu ada? Aku membutuhkan uluran tangan.

Tolonglah,
ini adalah pengakuan pertamaku dalam hidup ini.

Mengapa kau membuatku bukan siapapun? Apa kau tidak menyukai aku yang seperti ini? Aku hanya ingin bernafas (lagi).

Apa yang paling aku inginkan adalah keajaiban sebagaimana proses seorang ibu melahirkan.

Tolong selamatkan aku
(Aku bukan apa-apa)
Tolong selamatkan aku
(Mengapa aku bukan siapa-siapa?)
Tolong selamatkan aku
(Sekali lagi)

Aku bukanlah plastik yang tak berharga dan penyebab banyak kesukaran. Aku masih ingin hidup (lagi). Aku tidak ingin menyerah lagi.

Aku tidak yakin apa kau bisa merasakannya, tapi air mata ku masih mengalir. Iya, entah air mata ini mengalir atau tidak, kau terlalu jauh dariku untuk melihatnya. Jadi, tolong katakan padaku dalam jarak yang dekat, karena aku tidak bisa mendengarmu mengucapkan 'aku minta maaf'.

Tapi aku bukan apa-apa.
Jangan merasa bersalah.

Aku tahu benar bahwa aku tidak dilahirkan dengan cinta. Aku bisa merasakannya. Aku bisa merasakan semuanya.

Karena aku adalah sebuah plastik

Sekarang aku benar-benar menginginkanmu untuk memilikinya. Tolong terimalah.

Terasa canggung saat melihat isi ruangan tanpa kehadiran kau di dalamnya, saat aku memanggil namamu di pagi hari tanpa menyadarinya, saat aku menangis tanpa alasan dalam kesendirianku di malam hari.

Tidak ada lagi dirimu.
Saat kau menatap jurang terlalu lama, jurangnya juga akan menatap mu. Saat kau mencoba mengungkap rahasia seseorang, rahasiamu sendiri mungkin akan terungkap. Selalu ada resiko untukmu.

Kadang, aku merasa seperti seluruh dunia berwarna abu-abu, seolah-olah waktu masih terhenti. Bagiku, ada juga saat seperti itu.

Tapi waktu tak pernah berhenti. Waktu bergerak maju tanpa akhir, sepasti tubuh terkubur di dalam tanah suatu hari akan menjadi tulang putih.

Dengar, kaulah yang selalu menghentikan waktu, kalau kau berhenti dalam ketakutan masa depan, kau tidak akan meningkatkan apa-apa dan tidak memulai apa-apa.

Kau menghabiskan hidupmu seperti orang yang sudah mati. Entah kau mengharapkannya atau tidak, waktu tidak akan berhenti. Makanya, tiada yang lebih menarik dari dunia ini.

Jangan terlalu negatif. Kau belum menjadi abu. Kau masih punya daging, darah dan juga tulang yang mendukungmu.

Waktu tidak akan berhenti, seberapa dalam kau peduli pada seseorang, nantinya kau akan tetap mengatakan selamat tinggal. Tidak peduli seberapa dalam kau peduli atau mencintai seseorang, hidup mereka akan berakhir.

Tapi kalau itu masalahnya, apa yang tersisa untuk kita? Hanya sentimen yang tak berguna? Apakah hanya tulang yang tetap ada setelah kehidupan berakhir?

Aku tidak tahu apa yang ada di depan. Jujur saja, aku takut. Tapi aku masih ingin bersamamu, aku ingin menghabiskan waktu yang sama denganmu, juga melihat dunia yang sama. Meski mungkin memang sakit, aku sudah bersiap untuk melihatnya.

Dia yang melihat dan mencari keputusasaan yang membuatmu terkubur di dalamnya, ketakutan, dan mimpi tak terwujud.

Walaupun dia adalah jurang yang tidak boleh dilihat. Walaupun dia sudah melihat balik pada kita, aku tetap ingin pergi bersama mu, karena aku tahu waktu tidak akan berhenti.

Datanglah...


awan-awan datanglah kemari
tetesan hujan jatuhlah disini
matikanlah apinya
beritahulah dia
walau begitu
dunia masih terlihat indah

ini adalah hujan yang lembut
bolehkah lagu yang aku nyanyikan ini
menggapai mu dimana kau berada
tak peduli seberapa jauh kita terpisah
ku percaya aku pasti akan menggapai mu

melihat mu di tengah hujan
tetesan hujan
bersinar indah disekelilingmu
dan ketika semua kesedihan mu menghilang
dunia ini akan hidup kembali

tolong datanglah, hujan yang lembut
datanglah, hujan yang lembut

Sabtu, 09 Juli 2016

one by one,
the stained human shadows stretch out and cover up the sky.
eventually,
the birds will be chased out of their nests and vanish into the black clouds.

with your profile dyed in the color of the twilight,
you look so lonely all by yourself.
in a corner of the park, the white gardenia flowers move my heart.
gripping your hand tightly in mine,
I'm going to recall the memories I've shut off.
am I going to repeat the faults I once committed?

thus,
this town will probably be swallowed up in the darkness,
and vanish without a single sound.

that day,
we were separated,
and we are never to see each other again.

meaninglessly,
I whispered against the windows of the train running on the iron bridge.

the ever advancing world,
leaving me behind,
is just like the dream I had yesterday.

if only I could break down everything to redo them all over again.

right now,
the sun rising up in the eastern sky is illuminating everything.

on the top of my lungs,
I shout out to your back,
swimming in the muddy river.

to whose capriccio do I owe this intense feeling, though it's not truly here?
and so I'm going to stamp on my forgotten bass drum.
Pergilah keluar sebentar, karena sayang, ada begitu banyak hal di luar sana. Ada begitu banyak hiruk-pikuk pada setiap harinya.

Orang-orang mengatakan sinar UV begitu buruk, udara begitu pekat seperti berkabut, tapi sayang, hal itu tak mengapa. Memang ada begitu banyak hal yang terjadi.

Jangan takut.
Berjalanlah perlahan.

Karena sesungguhnya sayang, berdiam diri pun takkan pernah bisa menghentikan waktu.

Kau bukanlah kepompong, kau takkan menjadi seekor kupu-kupu yang cantik. Sendi-sendi mu malah akan berkarat, tubuh mu akan kaku.

Jadi sayang, biarkanlah, karena sekarang yang kau miliki hanyalah dirimu sendiri.

Bergegaslah sayang, jangan lagi menoleh, karena aku akan tetap disini untuk selamanya.

Never Ending Fight

"bullying is justice, we're punishing wickedness"
we're the one who taught that to children
 
adult versus adult,
a battle of right and wrong answers
on TV,
we teach children who's "wrong"
that heroes must kill villains
as they watch TV,
children end up thinking that "Evil must be destroyed"
 
if I were right,
and you were in the wrong
would that mean our fate would be to fight each other?
we always fight over the answer
but it's because we're both here that we can find an "answer"
 
in this world where there are demons and angels
we can't tell who's right and who's wrong
"Demon or Angel"
we have no way to know which one we are
and we don't want to know either
 
in a terrible world ruled by justice
if the majority is "right", then everyone is "wrong"!?
Dear God who created "justice", can you hear me?
it's because you created such a thing that everyone fights
 
I thought that the evil I should fight was inside me
that I shouldn't blame the world
 
changing something is nearly the same thing
as changing yourself
if "we" ourselves change, it's nearly the same thing
as changing the world
 
in this world where there are demons and angels
we can't tell who's right and who's wrong
we should be able to find the "answer" by considering all the dissenting opinions
if you just insist you're right, it's not an "answer"
 
if my biggest contradiction is that I object to your objections
does that mean that everything I say is nonsense?

Minggu, 19 Juni 2016

Manusia

Jadi harus darimana aku memulai untuk menceritakannya? Terlalu banyak hal-hal yang sulit untuk dijelaskan, begitu kata orang-orang. Rasa-rasanya sudah diujung tenggorokan kata-kata itu berjalan dan entah kenapa tidak dapat dikeluarkan seperti yang sudah direncanakan sebelumnya. Padahal sudah susah payah memilah-milah kata yang tepat, sudah berlatih raut wajah seperti apa yang harus ditunjukkan. Hanya dalam seperkian detik semua itu terasa tak berarti lagi.

Ah bukankah sudah banyak orang yang berkeluh kesah tentang ini? Bahkan aku jamin mereka juga tahu penyebabnya, tapi masih saja tak mau mengambil langkah walau mereka juga tahu apa solusinya. Bukankah manusia sangat menyebalkan? Mereka menggerutu tentang sulitnya hidup padahal mereka sendiri juga tahu bagaimana mengatasinya dan kenapa hal itu bisa terjadi. Mereka memilih untuk menyangkal kebenaran dan memaksakan semuanya harus mampu menopangnya. Lantas melontarkan sumpah serapah kepada manusia lainnya, bahkan Sang Pencipta.

Ketika keputusasaan dan kesendirian menggerogoti, manusia mempertanyakan Tuhan dengan makian kenapa semua harus tercipta di dunia ini. Merasa telah hidup secara tidak adil, membenci hal-hal yang seharusnya tak dibenci dan menyakiti manusia lainya. Tapi ketika kebahagiaan dan kasih sayang menyelimuti, manusia melupakan Tuhan dengan kesombongan betapa sempurnanya hidup yang dimiliki.

Haruskah ku katakan juga jika manusia adalah makhluk yang paling tak berperasaan? Bertindak sesuka hati, plin-plan, mamaksa untuk didengar daripada mendengar, memaksa untuk dipahami daripada mencoba untuk memahami.

Siapa itu yang meminta untuk mati lalu tiba-tiba berdoa memohon-mohon untuk hidup lebih lama? Iya, manusia.

Kenapa harus menjalani hidup yang penuh dengan kerumitan ketika pada akhirnya akan meninggal? Karena hiduplah manusia bisa melakukan kesalahan dan lalu apa? Terkena hukuman dari Tuhan atas tindak kejahatan selama bernafas di dunia yang katanya hanya sementara. Kenapa tidak Tuhan menciptakan manusia langsung di surga yang katanya kekal, tanpa harus bersusah payah menjalani hidup?

Pertanyaannya adalah, untuk apa manusia hidup? Mencari kebahagiaan? Kekayaan? Status? Ah ini semua hanya gurauan, bukan?

Apa manusia tahu apa itu kebahagiaan tanpa harus menjalani kesedihan? Apa manusia tahu bagaimana nikmatnya menjadi kaya sebelum tertampar kemiskinan?

Apa jawaban sebenarnya?

Dilahirkan tanpa kemampuan apa-apa, mendapat kasih sayang dan perhatian, lalu beranjak tua dan ditinggalkan. Lantas apa yang tersisa?

Apa alasan Tuhan menciptakan manusia untuk hidup di dunia yang katanya hanya sementara ini? Sebagai ujian untuk memilah-milah manusia mana yang pantas masuk ke dalam surga-Nya? Bukankah setelah menjalani siksaan kejam dari para penjaga nerka manusia pada akhirnya bisa memasuki surga walau dengan tubuh yang tak layak?


Tulisan ini dibuat bukan untuk mempertanyakan Tuhan dan semesta-Nya.