Minggu, 27 April 2014

Menanam Rahasia

Kau hidupi rahasia layaknya bayangan sendiri. Ia melekat di usia, getah menanti disadap ingatan-ingatan yang ingin diungkap.

ketika kau memungut buah yang jatuh, bayangan kau ikut memungut seluruh, hingga tanah sukar bedakan tubuh dan ruh.

kau bersembunyi dari banyak penyesalan dan penyangkalan layaknya menentukan arah arsiran pada gambar pemandangan dalam pelajaran sekolah dasar, meski aku tahu arah datangnya cahaya itu.
 
kau rawat rahasia dan menamakannya: aku, petani yang lupa menanamnya.

Sabtu, 26 April 2014

Cinta Tak Pernah Jauh Darimu

Cinta tak jauh darimu. Ia bukan jernih embun, tak lahir di tanah basah, tak pada rimbun dedaun.

Cinta tak jauh darimu. Ia bukan kicau burung, tak ucapan selamat pagi, tak juga merdu doa-doa.

Cinta yang kekal tak meniatkan diri untuk tampak puitis. Cinta yang kekal justru tampak sementara,  meski kekal tidaknya kesementaraan masih sering kita perkarakan.

Cinta adalah cacing tanah yang nekat menggali liang di sekitar kandang ayam meski tahu suatu hari akan terpatuk juga.

Cinta adalah tukang roti yang tak kau pedulikan tapi nekat lewat rumahmu berbekal rekaman lagu yang itu-itu saja.

Waktu Sebuah Bahasa

Aku tak pandai benar membahasakan waktu, jika kubilang jerat ia tak juga mengikat, jika kubilang jebakan ia tak mengecohku.
Rasanya aku ingin mandi tiap mendengarnya seperti ada ribuan bisul yang menyembul pikiran-pikiran banal menjadi gatal-gatal, detik-detik seperti air yang terpercik dan langsung menusuk-nusuk kepala.
Jika kubilang kabut ia tampak begitu jelas, jika kubilang awan ia langit begitu cerah.
Aku tak pandai membahasakan waktu. Aku hanya tahu bahasa punya waktu: terus berdetik, dan sesekali berdetak di aku, meski tak setetap waktu,

aih, itu waktu bahasa: kamu!

Kata-Kata yang Senantiasa Terjaga

Jangan kaget jika kau seperti diawasi ketika membaca sajak-sajakku ini. Memang ada sejumlah kata yang tetap terjaga ketika penulisnya terlelap.

Matanya keperakan seperti dinding tembikar, dari sana kenangan, begitu para perajin kesedihan menyebutnya, diolah di sebuah tungku menyala lebur bersama dingin malam, buku puisi, dan lagu kesukaan kita.

Jangan kaget jika kau seperti diintai ketika bertamu ke kediamanku ini mondar-mandir, berjaga siang malam mengawasi sepi yang berkeliaran terlebih malam yang tenang tak pernah gagal menenung para perenung.

Sebab ini rumah kampung tempat anak-anak kecil main lempung bukan jenis rumah di perumahan yang menjauhkan dari keramahan. Ada sejumlah hari, sejumlah peristiwa yang berharap disapa.

Jangan takut jika kau seperti diawasi, sejatinya mereka doa-doa yang curiga kalau-kalau nasib buruk akan menimpamu.

Kamis, 24 April 2014

Rasa

Aku ingin menggapaiMu
seperti anak yang tak peduli,

huruf t besar
atau huruf t kecilkah,

yang dipakai untuk
menulis awalan namaMu.

Mereka tak ambil pusing
soal kebesaranMu,

tetapi merasakannya.

Aku ingin gentar,
seperti nama-nama
yang paham:

arti sebentar.

Diam(kan?)

berbahagialah mereka yang tidak mempunyai sesuatu untuk dikatakan dan diam
semoga setiap hati dikaitkan pada pemahaman; tanpa penjelasan dan tulisan
jika hati masih gelisah, sedang sujud seperti orang kalah,
perbaiki...

hidup adalah pergerakan, mati adalah perhentian
hidup semula adalah pergerakan tanpa perhentian

suara hati tak akan pernah diam
meskipun kau pura-pura menulikan telinga terhadapnya,
ia akan selalu bersuara di dalam dirimu secara berulang

sudah waktunya kembali pulang...
percaya saja pada hatimu yang lapang, bahwa sabar tak pernah memiliki batasan
di dalam doa....tidak harus ada kata-kata
Tuhan hapal semua arti dari air mukamu.

Datang

Sebentar lagi ia datang
menggandeng turun bulan,

meninggalkan dunia benderang
yang membekas di pelipis.

Dari dua tangkup tangan
yang tak saling tangkap
dan memilih melipat jari,

kebenaran harus dibelah
meski selubungnya bergetah,

sebab dunia hanya ajarkan
cara menyayat dan mengiris.

Sebentar lagi ia datang,
setelah kita melihat,
secercah damai itu:

malaikat yang bertandang
ke dalam sepasang matamu
ketika subuh dan petang.

Jumat, 18 April 2014

Jika

Jika dirimu merasa besar, periksa kembali hatimu. Mungkin hatimu yang sedang membesar hingga akhirnya membengkak.
Jika dirimu merasa suci, periksa kembali jiwamu. Mungkin itu adalah luka yang bernanah di nuranimu.
Jika dirimu merasa tinngi, periksa kembali batinmu. Mungkin ia sedang melayang-layang hingga lupa dan kehilangan pijakannya untuk kembali.
dan jika dirimu merasa harum, periksa kembali ikhlasmu. Mungkin itu adalah asap dari amal baik yang telah hangus dibakar kesombongan.

Rindu

Aku ingin pinjam ceruk malam, lalu menawan basah bibirmu sekedar memintamu untuk mengecup keningku sebelum menelusuri mimpi dalam pejam walau yang ada di antara kita, hanya kemarin dan saat ini. Bukan selamanya. Layaknya hujan, kau hanya membutuhkan keberadaannya sewaktu-waktu, tapi tidak untuk sepanjang waktu.
Dalam pertemuan rindu yang singkat tanpa sekat. Luka dan suka mengalir di sana tanpa jeda... Jika mencintaimu adalah luka, maka biarlah aku menjadi rindu dalam doa-doa yang tak kau ketahui. Ah bukankah aku sudah bilang… Rindu itu keparat, jarang sekali selesai.