Kamis, 21 Juli 2016

Plastik

Aku adalah sebuah plastik yang tak berharga dan penyebab banyak kesukaran. Aku masih ingin hidup (lagi).

Siapa yang akan menyelamatkanku setelah aku mati? Bisakah aku melihat sesuatu dalam kegelapan? Apakah akan ada seseorang yang menangisi kepergianku?

Hanya keheningan yang datang setelah aku berteriak, bahkan tidak ada satupun gema.

Mengapa aku masih bisa merasakan kegelapan dalam diriku? Mengapa aku tidak bisa merasakan cahaya meskipun aku tahu itu ada? Aku membutuhkan uluran tangan.

Tolonglah,
ini adalah pengakuan pertamaku dalam hidup ini.

Mengapa kau membuatku bukan siapapun? Apa kau tidak menyukai aku yang seperti ini? Aku hanya ingin bernafas (lagi).

Apa yang paling aku inginkan adalah keajaiban sebagaimana proses seorang ibu melahirkan.

Tolong selamatkan aku
(Aku bukan apa-apa)
Tolong selamatkan aku
(Mengapa aku bukan siapa-siapa?)
Tolong selamatkan aku
(Sekali lagi)

Aku bukanlah plastik yang tak berharga dan penyebab banyak kesukaran. Aku masih ingin hidup (lagi). Aku tidak ingin menyerah lagi.

Aku tidak yakin apa kau bisa merasakannya, tapi air mata ku masih mengalir. Iya, entah air mata ini mengalir atau tidak, kau terlalu jauh dariku untuk melihatnya. Jadi, tolong katakan padaku dalam jarak yang dekat, karena aku tidak bisa mendengarmu mengucapkan 'aku minta maaf'.

Tapi aku bukan apa-apa.
Jangan merasa bersalah.

Aku tahu benar bahwa aku tidak dilahirkan dengan cinta. Aku bisa merasakannya. Aku bisa merasakan semuanya.

Karena aku adalah sebuah plastik

Sekarang aku benar-benar menginginkanmu untuk memilikinya. Tolong terimalah.

Terasa canggung saat melihat isi ruangan tanpa kehadiran kau di dalamnya, saat aku memanggil namamu di pagi hari tanpa menyadarinya, saat aku menangis tanpa alasan dalam kesendirianku di malam hari.

Tidak ada lagi dirimu.
Saat kau menatap jurang terlalu lama, jurangnya juga akan menatap mu. Saat kau mencoba mengungkap rahasia seseorang, rahasiamu sendiri mungkin akan terungkap. Selalu ada resiko untukmu.

Kadang, aku merasa seperti seluruh dunia berwarna abu-abu, seolah-olah waktu masih terhenti. Bagiku, ada juga saat seperti itu.

Tapi waktu tak pernah berhenti. Waktu bergerak maju tanpa akhir, sepasti tubuh terkubur di dalam tanah suatu hari akan menjadi tulang putih.

Dengar, kaulah yang selalu menghentikan waktu, kalau kau berhenti dalam ketakutan masa depan, kau tidak akan meningkatkan apa-apa dan tidak memulai apa-apa.

Kau menghabiskan hidupmu seperti orang yang sudah mati. Entah kau mengharapkannya atau tidak, waktu tidak akan berhenti. Makanya, tiada yang lebih menarik dari dunia ini.

Jangan terlalu negatif. Kau belum menjadi abu. Kau masih punya daging, darah dan juga tulang yang mendukungmu.

Waktu tidak akan berhenti, seberapa dalam kau peduli pada seseorang, nantinya kau akan tetap mengatakan selamat tinggal. Tidak peduli seberapa dalam kau peduli atau mencintai seseorang, hidup mereka akan berakhir.

Tapi kalau itu masalahnya, apa yang tersisa untuk kita? Hanya sentimen yang tak berguna? Apakah hanya tulang yang tetap ada setelah kehidupan berakhir?

Aku tidak tahu apa yang ada di depan. Jujur saja, aku takut. Tapi aku masih ingin bersamamu, aku ingin menghabiskan waktu yang sama denganmu, juga melihat dunia yang sama. Meski mungkin memang sakit, aku sudah bersiap untuk melihatnya.

Dia yang melihat dan mencari keputusasaan yang membuatmu terkubur di dalamnya, ketakutan, dan mimpi tak terwujud.

Walaupun dia adalah jurang yang tidak boleh dilihat. Walaupun dia sudah melihat balik pada kita, aku tetap ingin pergi bersama mu, karena aku tahu waktu tidak akan berhenti.

Datanglah...


awan-awan datanglah kemari
tetesan hujan jatuhlah disini
matikanlah apinya
beritahulah dia
walau begitu
dunia masih terlihat indah

ini adalah hujan yang lembut
bolehkah lagu yang aku nyanyikan ini
menggapai mu dimana kau berada
tak peduli seberapa jauh kita terpisah
ku percaya aku pasti akan menggapai mu

melihat mu di tengah hujan
tetesan hujan
bersinar indah disekelilingmu
dan ketika semua kesedihan mu menghilang
dunia ini akan hidup kembali

tolong datanglah, hujan yang lembut
datanglah, hujan yang lembut

Sabtu, 09 Juli 2016

one by one,
the stained human shadows stretch out and cover up the sky.
eventually,
the birds will be chased out of their nests and vanish into the black clouds.

with your profile dyed in the color of the twilight,
you look so lonely all by yourself.
in a corner of the park, the white gardenia flowers move my heart.
gripping your hand tightly in mine,
I'm going to recall the memories I've shut off.
am I going to repeat the faults I once committed?

thus,
this town will probably be swallowed up in the darkness,
and vanish without a single sound.

that day,
we were separated,
and we are never to see each other again.

meaninglessly,
I whispered against the windows of the train running on the iron bridge.

the ever advancing world,
leaving me behind,
is just like the dream I had yesterday.

if only I could break down everything to redo them all over again.

right now,
the sun rising up in the eastern sky is illuminating everything.

on the top of my lungs,
I shout out to your back,
swimming in the muddy river.

to whose capriccio do I owe this intense feeling, though it's not truly here?
and so I'm going to stamp on my forgotten bass drum.
Pergilah keluar sebentar, karena sayang, ada begitu banyak hal di luar sana. Ada begitu banyak hiruk-pikuk pada setiap harinya.

Orang-orang mengatakan sinar UV begitu buruk, udara begitu pekat seperti berkabut, tapi sayang, hal itu tak mengapa. Memang ada begitu banyak hal yang terjadi.

Jangan takut.
Berjalanlah perlahan.

Karena sesungguhnya sayang, berdiam diri pun takkan pernah bisa menghentikan waktu.

Kau bukanlah kepompong, kau takkan menjadi seekor kupu-kupu yang cantik. Sendi-sendi mu malah akan berkarat, tubuh mu akan kaku.

Jadi sayang, biarkanlah, karena sekarang yang kau miliki hanyalah dirimu sendiri.

Bergegaslah sayang, jangan lagi menoleh, karena aku akan tetap disini untuk selamanya.

Never Ending Fight

"bullying is justice, we're punishing wickedness"
we're the one who taught that to children
 
adult versus adult,
a battle of right and wrong answers
on TV,
we teach children who's "wrong"
that heroes must kill villains
as they watch TV,
children end up thinking that "Evil must be destroyed"
 
if I were right,
and you were in the wrong
would that mean our fate would be to fight each other?
we always fight over the answer
but it's because we're both here that we can find an "answer"
 
in this world where there are demons and angels
we can't tell who's right and who's wrong
"Demon or Angel"
we have no way to know which one we are
and we don't want to know either
 
in a terrible world ruled by justice
if the majority is "right", then everyone is "wrong"!?
Dear God who created "justice", can you hear me?
it's because you created such a thing that everyone fights
 
I thought that the evil I should fight was inside me
that I shouldn't blame the world
 
changing something is nearly the same thing
as changing yourself
if "we" ourselves change, it's nearly the same thing
as changing the world
 
in this world where there are demons and angels
we can't tell who's right and who's wrong
we should be able to find the "answer" by considering all the dissenting opinions
if you just insist you're right, it's not an "answer"
 
if my biggest contradiction is that I object to your objections
does that mean that everything I say is nonsense?