Selasa, 29 November 2016

Meskipun pikiran dan tubuh telah terpenjara, tapi jiwa masih tetap bebas berkelana. Pikiran kerap hanya terbangun oleh tempelan-tempelan yang kita ambil atau dipaksa masuk oleh sekitar kita. Sementara tubuh selalu diperlakukan sebagai pengikut pikiran. Ia tidak hadir dengan kewenangan. Maka ketika tubuh bergerak sendiri, lepas dari pikiran, selalu dianggap pembangkangan.

Sementara jiwa adalah kesadaran yang menempel dalam keberadaan manusia. Sangat kecil, sangat tersembunyi. Suara-suaranya selalu jernih, tapi lirih tak terdengar. Kesadaran yang lama tak diperhatikan, akhirnya makin tersembunyi, kalah oleh timbunan-timbunan suara luar yang diyakini sebagai kebenaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar