Selasa, 21 Mei 2013

Celoteh BBM

Riuh yel-yel mahasiswa menggelora, kebulan asap hitam menggelegar. Bersatu dalam satu misi yang sama, membuat pagar betis pertahanan. Solidaritas katanya. Pecahan kaca, kemacetan, fasilitas publik merupakan saksi bisu aksi yang katanya untuk rakyat.

Bahan Bakar Minyak atau yang kerap kita sebut BBM merupakan salah satu hal sensitif ditelinga masyarakat banyak selain masalah pangan. Memang bukan permasalah baru tapi juga berarti isu BBM tak habis untuk diperbincangkan. Di era serba modern ini, semua menggunakan BBM. Mulai dari listrik untuk memenuhi kebutuhan gadget-gadget mahal mu, proses produksi barang dan jasa yang kamu nikmati sampai makanan-makanan lezat yang tersaji di meja makan mu.

Hemat energi katanya, tapi ke warung depan gang saja pakai motor. Capek, panas, malas jalan kaki katanya. Hemat energi katanya, tapi barang-barang elektronik di rumah menyala 24 jam. Yang penting bayar listrik katanya. Tapi kalau PLN mau menaikan harga listrik, langsung naik darah.

Subsidi BBM tidak kena sasaran katanya, tapi kok kamu masih pakai premium bersubsidi? Subsidi BBM 60% dinikmati kaum mampu katanya, ayo coba dicek tangki kendaraannya, gitu bilang membela rakyat kecil. Subsidi BBM memakan banyak anggaran katanya, pantas Indonesia jalan ditepat. Subsidi BBM dikurangi agar dananya dapat dialihkan untuk pembangunan infrastruktur katanya, alhamdulillah.

Pom-pom bensin akan menetapkan harga ganda, Rp6500-7000 untuk kalangan berada dan Rp4500 untuk kalangan tak mampu. Kalau gitu ayo ramai-ramai pakai mobil dan motor butut biar bisa dapat harga murah, pulang ke rumah tinggal dipindahkan saja. Beres.

Berada harga premiun di Jawa? 4500 rupiah. Bagaimana dengan Papua? 10.000 rupiah, wah! Eh, tunggu dulu. Saya kok tidak pernah ya mendengar masyarakat di Papua ricuh, merusak sana-sini, yang saya tahu disana saling tembak karena pertambangan dan wilayah.

Kalimantan saja yang mendapati gelar 'Raja Minyak' tidak pusing dengan harga premium yang lebih mahal. Kenapa orang-orang di Jawa huru-hara sekali?

Ah! Ah! Siapa itu yang beraksi membela rakyat (katanya)? hmm kamu tahu kenapa ada imbuhan "maha" dalam gelar tak tertulis mu itu? Coba diingat-ingat lagi.

Ya semoga dengan bergantinya Presiden, kebijkan tidak tiba-tiba diganti juga. Huft! Yang tua yang bergalau. Semoga cepat sembuh negeri ku. aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar