Selasa, 21 Mei 2013

Memaafkan, Melupakan atau Menerima?


Sering sekali bukan hati kita tersakiti? Oleh siapa saja dengan cara yang beragam. Bahkan orang yang tidak kita kenal sekali pun dapat menyakiti kita, entah seseorang di kendaraan umum bahkan di trotoar jalan sekali pun. Pastinya rasa jengkel, marah, ingin memukul langsung itu ada bahkan dirundung kekecewaan atau kesedihan juga ada.

Lebih-lebih kalau orang terdekat kita yang melakukannya, sakitnya pasti berlipat-lipat! Lantas apa yang kamu lakukan? Memaafkan? Coba tanya hati mu lagi, yakin sudah siap untuk memaafkan?

Memang ada banyak cara untuk memaafkan, dan kadarnya pun berbeda-beda. Bisa dilihat dari seberapa lapang orang itu bisa memaafkan dan seberapa besar rasa sakit yang harus ia terima. Diajaran agama mana pun mengajarkan untuk ikhlas memaafkan, bukan? Lalu ikhlas yang seperti apa?

Bagaimana jika sudah memaafkan tapi masih ada bola api yang berputar di perutmu? Aduhai masalah hati memang selalu rumit.

Coba diingat-ingat lagi bagaian mana yang terlewat. Ditelusuri lagi, ikuti potongan demi potongannya. Mungkin "ikhlas" mu masih terjebak dalam labirin perasaan mu, atau memang kau sengaja mengurungnya?

Buat apa hanya meredam gemuruh, kalau kamu tahu ia tak akan pernah berhenti. Tidak sepadan dengan penyakit hati yang kamu derita. Setahu urusan maaf-memaafkan tidaklah sesulit mengerjakan soal ekonometrika.

"hey, kamu tahu apa ha?" mungkin itu yang akan kamu ucapkan, iya tak mengapa silahkan kamu bebas berpendapat. Jadi, coba dipikirkan lagi apakah benar memaafkan itu sulit? Atau bagian melupakannya yang sulit? Melupakan kejadian yang membuat darah mu naik ke ubun-ubun, melupakan sang tokoh utama dalam cerita mu, ya melupakan.

Atau jangan-jangan tidak keduanya? Lantas apa yang membuat hal ini rumit? Ah.... mungkinkah bagian menerimanya? Menerima hati mu disakiti oleh orang-orang dalam hidup mu, menerima kekecewaan atas perlakuan tidak mengenakan terhadapmu, ya menerima.

Lalu, kira-kira kamu sedang di bagian mana?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar