Selasa, 20 Agustus 2013

Ketika #1


"Jadi, sudah berapa banyak yang kau jual hari ini?"

"hari ini sepi"

"ku lihat hari ini pasar sangat ramai, lantas kenapa hanya daganganmu yang tak laku?"

"eh..." Lena lesu menoleh kanan-kiri. Paman ini benar. Hampir semua penjual di pasar sedang sibuk melayani riuhnya pembeli, berusaha menjaga harga yang sekiranya masih menguntungkan.

"rejeki sudah ada yang mengatur. Mungkin esok lusa ada pembeli"

"jadi hanya menunggu? Ya rejeki tak datang dengan sendirinya lho dek" Pria paruh baya itu terkekeh, gurauannya tak membuat perempuan di depannya tersenyum sama sekali. Lena tak memasukkan perkataan paman tadi ke dalam kotak sakit hatinya. Ia malah berpikir. Sedikit tersentak.

Tuhan memang sudah mengatur segala garis kehidupan umat manusia, bahkan sebelum dalam kandungan ibu. Ketika sperma berhasil membuahi ovarium. Ketika Tuhan menghembuskan ruh. Ketika itu pula segala cerita ini dimulai.

"jadi berapa harga sepatu itu" Paman itu menunjuk sepasang sepatu bayi berwarna biru cerah. "sebentar lagi cucu saya akan lahir"

Lena mengernyitkan dahi, "sepatu itu untuk bayi berusia satu tahun paman, bukankah akan kebesaran?"

"siapa yang tahu jika esok lusa gusti allah rindu pada ku? Ketika itu terjadi pastilah aku sudah pergi. Ruh tidak bisa membeli sepatu kan?" paman itu terkekeh lagi. Ia tak berbakat melawak. Lena bengong terheran-heran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar