Rabu, 19 Juni 2013

Surat Terakhir

Tumpukan surat-surat itu berdebu, tak tersentuh biar setitik. Melihatnya pun mungkin kau tak mau apalagi membaca isinya. Kata-kata yang menurut mu omong kosong. Sampah!

Jadi, kamu memilih untuk diam. Mengabaikan semua surat ku, yang aku pun ragu kau dapat membacanya dengan jelas. Tangan ku bergetar terlalu kuat, tintanya tersapu air mata.

Pak pos datang membawa surat ku untuk mu, yang lagi-lagi tidak terbaca. Hanya tergeletak di kotak surat, berdesakan dengan surat-surat lainnya.

Bodohnya aku tetap mengirimi mu surat walau ku tahu hanya menjadi sampah, aku tak memperdulikan lagi wajah mu yang masam karena terganggu dengan surat-surat ku.

Hari ini aku mengirimi mu surat lagi, sebuah surat terakhir. Kamu tidak perlu khawatir aku tidak akan menyurati mu lagi.

Esok lusa pak pos akan datang. Membawa surat terakhir ku. Aku pun tidak terlalu berharap kamu mau membacanya.

Esok lusa pak pos akan datang. Membawa surat terakhir ku kepada mu. Mungkin pak pos akan menyelipkan suratnya di bawah pintu mu. Sudah tidak ada lagi ruang yang tersisa untuk surat terakhir ku di kotak surat mu.

Esok lusa pak pos akan datang. Membawa surat terakhir ku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar